STASIUN DAYEUHKOLOT di kabupaten Bandung riwayatmu kini


Hallo teman-teman semua, kali ini saya akan sedikit membahas mengenai bekas stasiun kereta api Dayeuhkolot. Stasiun Dayeuhkolot ( DYK) ini beralamat di Jl. Stasiun, kelurahan Citeureup, kecamatan Dayeuhkolot, kabupaten Bandung Jawa Barat. Stasiun ini terletak di kilometer 11+780 dilintas Bandung - Cikudapateuh - Dayeuhkolot - Ciwidey. Sedangkan untuk elevasi ketinggian stasiun Dayeuhkolot berada pada 661 meter di qatas permukaan laut. 

Pembangunan stasiun Dayeuhkolot berawal dari berkembangnya lahan perkebunan di Sekitar Bandung Selatan. Maka dari itu, para tuan tanah membutuhkan sarana transportasi untuk pengangkutan hasil panennya. Staatsspoorwegen yang merupakan perusahaan kereta api negara Hindia-Belanda lantas membangun jalur kereta api ke Bandung Selatan karena di sana terdapat banyak sekali lahan perkebunan. 

Stasiun kereta api Dayeuhkolot atau jaman dulu yang berstatus halte ini dioperasikan sekitar tahun 1921 seiring beroperasinya jalur kereta Bandung - Soreang. Berbeda dengan pemberhentian-pemberhentian lain halte Dayeuhkolot ini cukup besar, maklum kebanyakan hanyalah sekelas stopplaats. Selain bangunannya cukup besar, disini juga terdapat fasilitas lain seperti water toren dan juga jalur yang lumayan cukup banyak. Selain itu juga karena Dayeuhkolot ini merupakan daerah yang lumayan cukup ramai. 

Setelah sekitar 61 tahun beroperasi, akhirnya sekitar tahun 1982 stasiun ini harus berhenti beroperasi karena jalur penghubungnya sudah di non aktifkan. Seiring penonaktifan jalur dan stasiunnya, lambat laun bangunan-bangunan rumah penduduk mulai memenuhi sekitaran stasiun. Bahkan saat ini hampir keseluruhan aset milik PT. Kereta Api Indonesia di sekitaran stasiun Dayeuhkolot sudah di penuhi bangunan permanen milik warga. 

Untuk bekas bangunan stasiunnya sendiri masih bisa kita lihat walau sekarang sudah beralih fungsi menjadi toko. Keseluruhan bangunan stasiun memang tidak bisa terlihat jelas karena sudah ada penambahan bangunan oleh pemilik toko. Tapi untuk bagian atap dan ornamen kayu di atas pintu masuk stasiun masih bisa kita lihat dengan jelas. Bahkan kalau kita meminta ijin untuk melihat-lihat kebagian dalam toko mungkin teman-teman masih bisa melihat bagian-bagian dalam stasiun. 

Semoga saja dengan adanya rencana reaktivasi jalur kereta api non aktif dan jalur Bandung - Ciwidey termasuk ke dalam daftar nya. Maka ini merupakan angin segar bagi stasiun Dayeuhkolot untuk bisa aktif kembali menaik turunkan penumpang kereta api. Tetapi jika melihat kondisi bekas jalur yang sudah menjadi pemukiman padat penduduk, kemungkinan akan cukup sulit untuk merealisasikannya. 

KISAH SEJARAH dan MISTIS di jembatan kereta api LEUWI JURIG


Bagi teman-teman yang sering atau pernah naik kereta api Siliwangi koridor Cipeuyeum hingga Cipatat ataupun sebaliknya. Tentu teman-teman akan melewati sebuah jembatan panjang dan tinggi yang melintang di atas sungai Citarum. Jembatan kereta api yang di bangun pada masa pemerintahan Hindia-Belanda ini dinamakan jembatan kereta api Leuwi Jurig. Leuwi sendiri merupakan sebuah kata yang di ambil dari bahasa Sunda yang berarti lubuk. Lubuk menurut geografis memiliki arti bagian terdalam sebuah sungai atau cekungan didalam dasar sungai. Sedangkan kata jurig memiliki arti yaitu hantu. 

Staatspoorwegen ( SS) yang merupakan perusahaan kereta api negara Hindia-Belanda sudah mulai mengoperasikan Jembatan ini sekitar tahun 1884. Jembatan ini memiliki panjang sekitar 160 meter dengan 2 buah penyangga di tengahnya. Selama ini jembatan kertas api Leuwi Jurig sudah mengalami satu kali perubahan. Perubahan dilakukan pada tahun 1936 meliputi perubahan pada bentang jembatan dan juga pada penyangga jembatan. Pada awal dibangun tiang jembatan menggunakan rangka baja, tetapi sebelum penggantian bentang jembatan terlebih dahulu penyangga jembatan di ganti dengan kontruksi beton. Barulah setelah tiang jembatan di rubah berikutnya penggantian meliputi bentang jembatan. 

Bentang jembatan awal yang memiliki rasuk berukuran kecil namun sangat rapat di ubah menggunakan rangka yang berukuran besar namun jarang. Rangka yang di gunakan untuk bentang jembatan baru merupakan rangka hasil dari pembongkaran jembatan Cisomang generasi ke-1. Perancangan bentang jembatan di lakukan di balai jembatan Kiaracondong. Setelah perancangan selesai barulah baja-baja rasuk di angkut menuju lokasi jembatan dan perakitan dilakukan di samping jembatan. 

Menurut buku Spoor en Tramwegen, untuk melakukan penggantian bentang jembatan lama para pekerja hanya membutuhkan waktu selama satu malam saja. Pergeseran bentang jembatan dilakukan pada 28 Oktober 1936 malam setelah kereta api terakhir melintas, dan selesai pada 29 Oktober 1936 pada pagi hari. Penggantian rangka-rangka tersebut tidak lain agar kecepatan kereta api yang melintas bisa di tambah. Selain itu juga, agar jembatan bisa menopang beban kereta yang lebih berat lagi. 

Jaman dulu ketinggiannya dari bentang jembatan hingga permukaan sungai sangat tinggi. Tetapi sekarang sudah terjadi perubahan pada ketinggiannya. Perbedaan itu bisa terlihat dari fondasi kotak alas jembatan yang kini sudah lagi tidak bisa kita lihat. 

Menurut warga sekitar pendangkalan aliran sungai Citarum terjadi setelah pembuatan bendungan-bendungan di aliran sungai Citarum. Di hulu sungai Citarum terdapat bendungan Saguling sedangkan di hilir terdapat bendungan Cirata. 

Ketika debit air di bendungan Saguling meningkat, maka pintu air bendungan di buka lebih besar. Efek dari debit air yang deras mengakibatkan banyaknya material lumur terbawa oleh aliran air dan mengendap di aliran sungai. Selain itu, material tanah dari tepi sungai Citarum terbawa air hingga ke aliran sungai dikala hujan. 

Menurut penuturan warga sekitar, saat proyek renovasi jembatan beberapa puluh tahun yang lalu. Pada saat mesin bor melubangi area bawah tiang jembatan, mesin bor menembus sebuah rongga pada fondasi bawah jembatan. Kemungkinan rongga tersebut merupakan rongga setengah lingkaran yang biasa terdapat pada fondasi era kolonial. Untuk memperkuat struktur jembatan, akhirnya rongga-rongga pada fondasi di isi dengan material cor. 

Dari segi mistis jembatan ini juga termasuk kedalam jembatan kereta api yang sangat angker. Dari namanya saja sudah mewakili keangkeran jembatan ini. Warga sering mendengar tabuhan gamelan, suara orang berbincang-bincang. Bahkan menurut warga bila kita mempunyai mata batin yang kuat, setiap sore kita bisa melihat keramaian layaknya pasar di sekitar tepi aliran sungai Citarum. Warga juga pernah melihat sosok tengkorak terbang di atas kali Citarum. 

Menurut kepercayaan warga bahwa jangan sampai sendirian lebih dari pukul lima sore di sekitar tepi sungai Citarum. Tidak di sebutkan apa yang akan terjadi bila melebihi pukul lima sore. Kemungkinan pandangan kita akan di perlihatkan terhadap sosok-sosok penghuni astral di sekitar sungai. 

Di jembatan Leuwi Jurig sendiri sering terjadi peristiwa-peristiwa mengerikan. Banyaknya kecelakaan saat proyek renovasi beberapa tahun lalu, hingga suara-suara tanpa ada wujudnya. Bahkan beberapa tahun terakhir ada anak kecil yang terjatuh dari atas jembatan saat bermain. Menurut orang yang memiliki kelebihan dalam ilmu gaib, bahwa penghuni jembatan masih meminta satu korban seorang anak kecil di area itu. Bahkan katanya untuk menjaga dari hal-hal yang tidak di inginkan, setiap tahun petugas KAI sering melakukan syukuran di area jembatan. 

STASIUN RAJAMANDALA Pasca KA Siliwangi diperpanjang sampai Cipatat


Hallo teman-teman, bagi para Railfans atau warga antara Cipatat hingga Sukabumi pasti semuanya tau betul bahwa jalur kereta api sudah aktif kembali. Kereta api Siliwangi sebagai penghubung antara Bandung Barat hingga Sukabumi sudah resmi beroperasi sejak 8 Februari 2014. 

Pada awalnya kereta api ini berstatus sebagai kereta api komersial,  namun pada 19 Februari 2016 status kereta ini berubah menjadi kereta penumpang lokal yang di subsidi pemerintah. Kereta Siliwangi ini sebelumnya hanya melayani koridor antara stasiun Sukabumi hingga Cianjur saja. Pada 30 Juli 2019 rutenya di perpanjangan hingga stasiun Ciranjang setelah sebelumnya jalurnya mengalami perbaikannya. Pada tahap berikutnya jalur kereta api stasiun Ciranjang hingga stasiun Cipatat mulai di reaktivasi. Dan pada 21 September 2020 rute kereta api Siliwangi di perpanjang hingga stasiun Cipatat. Semua sarana dan prasarana sepanjang stasiun  Ciranjang hingga Cipatat di perbaiki termasuk stasiun Rajamandala. Stasiun Rajamandala ini merupakan stasiun dengan bangunan kecil yang sangat sederhana sekali. 

Beberapa belas tahun yang lalu saat jalur ini dilintasi kereta api Argo Peuyeum ( lokal Cianjuran ) okupansi stasiun ini cukup ramai. Pasca reaktivasi antara petak stasiun Ciranjang hingga stasiun Cipatat stasiun ini juga mendapat perhatian. Bangunan dan area stasiun mulai di tata rapih. Peron tinggi pun mulai di bangun untuk memudahkan para penumpang untuk naik turun kereta. Plang-plang stasiun berserta keterangannya mulai di pasang. 

Tetapi sayangnya semenjak jalur ini di aktifkan kembali, stasiun ini belum pernah di gunakan untuk menaik turunkan penumpang. Padahal warga sekitar berharap agar kereta api Siliwangi dapat menaik turunkan penumpang di stasiun ini. Hingga kini sayapun belum mendapatkan informasi yang pasti kenapa hingga saat ini stasiun ini masih belum di aktifkan. Perlahan-lahan ornamen dan bangunan stasiun mulai dijamah oleh tangan-tangan jahil. Dinding stasiun mulai di corat-coret dengan gambar dan tulisan yang tidak bermakna. Plang-plang nama stasiun  mulai di jadikan sasaran pelemparan oleh anak-anak kecil di sekitar stasiun. Mungkin kalau dibiarkan dalam kondisi seperti ini dalam jangka waktu yang lama kemungkinan kerusakan pada bangunan stasiun  akan semakin parah. 

Semoga saja kedepannya stasiun Rajamandala ini bisa di operasikan secepatnya seperti yang di hadapan oleh warga di sekitar stasiun. Stasiun Rajamandala ( RM) merupakan stasiun yang termasuk ke dalam stasiun kelas III/Kecil yang berlokasi di Mandalasari, kecamatan Cipatat, kabupaten Bandung Barat. Keberadaan stasiun ini sudah ada sejak jaman Hindia-Belanda dan di bangun oleh Staatsspoorwegen. Kini semua aset di wilayah stasiun Rajamandala dimiliki oleh PT.  Kereta Api Indonesia wilayah Daop 2 Bandung. 

Jembatan kereta api Cipembokongan peninggalan Belanda di Pangandaran


Di kabupaten Pangandaran tepatnya di hutan Emplak, dulunya membentang jalur kereta api peninggalan  Belanda. Jalur tersebut menghubungkan antara Kota Banjar, Pangandaran hingga Cijulang kabupaten Pangandaran. Namun sayangnya jalur tersebut sekarang hanya tinggal kenangan saja. Semenjak jalur ini di tutup total di era 80an, besi-besi rel banyak yang menjadi sasaran penjarahan. Tak hanya besi rel saja, rangka-rangka jembatan yang terbuat dari baja pun ikut raib di jarah. Salah satunya jembatan kereta api Cipembokongan yang berada di area hutan Emplak. Jembatan berangka baja dengan panjang kira-kira 284,8 meter habis di preteli dan hanya menyisakan pondasi-pondasi betonnya saja. Kondisinya yang jauh dari pemukiman membuat para penjarah dengan leluasa mempreteli setiap rangka-rangka baja untuk di jadikan besi tua. Minimnya pengontrolan pasca di tutupnya jalur ini memperparah kondisi jalur di kala itu. Sehingga banyak orang berfikir bahwa jalur ini tidak akan di aktifkan kembali. Sehingga pada era 2000-an banyak warga yang mencopot batangan rel untuk di jadikan jembatan di area persawahan. Tak hanya itu, gundukan tanah yang menjadi railbed pun banyak yang di keruk agar bisa di lintasi kendaraan ke area persawahan. Jembatan Cipembokongan sendiri termasuk jembatan yang panjang dan tinggi. Jembatan ini di topang oleh 7 buah tiang berangka baja dan 3 buah tiang berjenis beton. Kondisi jembatan saat ini sudah benar-benar sangat menyedihkan. Tidak ada lagi rangka-rangka baja yang melintang di atas lembah sungai Cipembokongan. Hanya tiang beton dan tapak-tapak jembatan yang terbuat dari beton yang bisa kita jumpai sekarang. Bahkan beberapa tapak beton pun nampak sudah di bongkar untuk di ambil besi cornya. 

Bagi teman-teman yang penasaran dengan keadaan jembatan ini dan sekitanya, teman-teman bisa lihat videonya pada link di bawah ini.

https://youtu.be/p1XS6NjIBZA


JEMBATAN KERETA API CIJAMBE PURWAKARTA

 

Jembatan kerta api Cijambe merupakan jembatan kereta api yang berada di petak stasiun Purwakarta - stasiun Ciganea di daerah Cisalada. Jembatan ini memiliki panjang kira-kira 178 meter dengan 6 buah tiang beton sebagai penyangganya. Untuk bentang jembatannya sendiri, jembatan ini terdiri dari bentang palat baja dan bentang rasuk. Terdapat 7 buah gardu sleko pada jembatan dengan susunan 4 gardu di sebelah kiri dan 3 gardu di sebelah kanan dari arah Purwakarta. Gardu seleko sendiri di buat sebagai pengaman orang ketika di jembatan, dan pada saat yang bersamaansama kereta api melintas. Jembatan Cijambe sudah di operasikan sejak jaman kolonial Belanda oleh perusahaan kereta api negara Staatsspoorwegen ( SS ) sekitar tahun 1906. 114 tahun sudah jembatan ini berdiri dan masih kokoh hingga sekarang ini. Pemandangan dari atas jembatan ini sangat luar biasa. Para penumpang akan di suguhkan dengan area persawahan dan barisan pegunungan di sebelah timur jembatan. Namun sayangnya jembatan ini berada di daerah yang rawan longsor, tetapi jangan takut karena semuanya sudah di tangani dengan baik dari jaman kolonial hingga sekarang. Bahkan sekarang di area jembatan ini sudah berdiri pos daerah rawan ( PDR ) agar perjalanan kereta api bisa lebih aman.




Masalalu Terowongan Lampegan

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Halo sobat blusuker, bagaimana kabar kalian kali ini? Mudah-mudah selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa, dan selalu di berikan kesehatan Amin. Nah kali ini saya menyambangi salah satu terowongan kereta api di Jawa Barat. Terowongan ini berlokasi di desa Cimenteng, Kecamatan
Campaka, kabupaten Cianjur dan menembus bukit Keneng. Terowongan ini di bangun oleh perusahaan kereta api Hindia-Belanda Staatsspoorwegen dari tahun 1879 - 1882 dengan panjang terowongan 686 meter. Setelah pemerintah Hindia-Belanda mengalihkan sistem tanam paksa ke undang-undang Agraria, banyak tuan tanah yang tertarik membuka lahan pertanian di wilayah Parahyangan. Banyaknya perkebunan-perkebunan baru di daerah Sukabumi, Cianjur  tidak sepadan dengan alat trasportasi untuk mengirim hasil panen ke kota besar. Dengan melihat peluang seperti itu akhirnya SS pun membangun jaringan rel dari Bogor menuju Sukabumi. Pembangunan jalur Bogor hingga Sukabumi di awali sekitar tahun 1881 dan sampai ke Sukabumi sekitar tahun 1883. Tak hanya sampai di Sukabumi saja, untuk mengangkut hasil perkebunan-perkebunan di wilayah Priangan jalur keretapun direncanakan sampai Bandung. Nah, untuk melanjutkan pembangunan hingga Bandung ada satu kendala mengenai topografi wilayah yang berbukit-bukit. Di daerah Cimenteng ini misalnya, ada sebuah bukit yang lumayan tinggi membentang dari Barat Laut hingga Tenggara yang tidak mungkin untuk di keruk ( Ingraping ). Padahal perusahaan kereta api baik itu negara ataupun swasta belum ada yang pernah membuat terowongan. Akhirnya mau tidak mau agar jalur kereta bisa sampai ke Bandung, perusahaan harus bisa menembus bukit Keneng ini. Dengan tidak adanya pengalaman dalam membuat terowongan kereta api di Hindia-Belanda, perusahaan pun mengalami kesulitan dalam hal pembangunan. Bukit Keneng yang memiliki kontur sebagian keras dan sebagian lembek membuat pembangunan terowongan menemukan kesulitan tersendiri. Setelah 3 tahun pembangunan, pada 1882 terowongan pun selesai di bangun. Sejarah baru perkeretaapian Indonesia pun terukir. Terowongan kereta api pertama di pulau Jawa bahkan di Indonesia selesai di bangun. Untuk merayakan sekaligus meresmikan terowongan, pihak perusahaan mengadakan sebuah pesta meriah. Sebagai hiburannya sendiri, pihak perusahaan mengadakan pertunjukan tarian Ronggeng. Perusahaan telah memanggil penari Ronggeng yang tersohor di wilayah Sukabumi Cianjur pada masa itu. Penari Ronggeng tersebut bernama Nyi Sadea, yang konon berasal dari daerah Cireunghas. Parasnya yang sangat cantik dan lincah dalam menari membuatnya sangat terkenal dikala itu. Acara hiburan pun berlangsung sangat meriah, hingga sampai akhirnya di penghujung acara. Konon menurut cerita yang beredar di masyarakat setempat. Karena rumah Nyi Sadea berada di daerah Cireunghas, jalan terdekat satu-satunya melalui terowongan Lampegan. Nyi Sadea yang kala itu di antar pulang oleh orang suruhan Belanda, nyatanya hingga saat ini tidak pernah keluar dari dalam terowongan Lampegan. Ada juga yang bercerita bahwa Nyi Sadea di jadikan tumbal pembangunan terowongan. Namun tidak ada yang tau pasti apa yang terjadi pada penari Ronggeng tersebut.
Oh iya sobat, penamaan Lampegan sendiri bukanlah nama daerah tempat dimana terowongan ini di bangun. Ada 2 versi cerita tentang penanaman terowongan Lampegan ini. Ada yang berkata bahwa penamaan terowongan ini berawal dari seorang mandor yang setiap kali mengontrol proyek terowongan selalu mengatakan "lamp pegang". Peringatan tersebut untuk mengingatkan para pekerja agar selalu membawa lampu mengingat tingginya zat asam di dalam terowongan. Namun cerita lain mengatakan bahwa nama Lampegan berasal dari teriakan masinis kereta dikala itu. Sebelum kereta memasuki terowongan, sang masinis akan meneriakan "Lampe aan" yang berarti nyalakan lampu. Karena orang awam tidak fasih dengan perkataan tersebut dan dirasa asing di telinga mereka, jadilah perubahan penyebutan menjadi kata Lampegan. Sepanjang sejarahnya terowongan ini pernah ambruk karena longsor pada tahun 2001. Sehingga panjang terowongan yang tadinya 686 meter hanya tersisa sekitar 400 meteran saja sehingga terowongan ini di non aktifkan. Sekarang terowongan Lampegan sudah di aktifkan kembali dengan layanan kereta api Siliwangi dengan rute Sukabumi - Cipatat. 

Sejarah Stasiun Banjar Jawa Barat

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Apa kabar sobat pecinta sejarah kereta api? Semoga dalam keadaan sehat selalu ya sobat. Kali ini saya akan sedikit membahas tentang sejarah stasiun kereta api di kota Banjar Jawa Barat nih sobat. Stasiun yang memiliki kode stasiun BJR ini merupakan stasiun yang berlokasi di daerah Hegarsari, Pataruman kota Banjar. Stasiun kelas I yang berada pada ketinggian 32 meter di atas permukaan laut ini termasuk ke wilayah daerah operasional 2 Bandung. Untuk jalurnya sendiri stasiun Banjar memiliki 6 buah jalur dengan jalur 1 sebagai sepur lurus. Karena stasiun Banjar merupakan stasiun kereta api kelas I, maka ada beberapa kereta dari mulai kelas ekonomi hingga kelas eksekutif berhenti di stasiun ini. Bahkan terkadang di stasiun ini juga ada penambahan gerbong atau kereta. Stasiun yang sudah berdiri sejak jaman Belanda ini masih di pertahankan keasliannya. Stasiun yang di bangun oleh perusahaan kereta api negara Hindia-Belanda Staatsspoorwegen ini mulai beroperasi sekitar tahun  1894. Segmen Banjar maos sendiri merupakan segmen terakhir dari pembangunan jalur lintas selatan yang menghubungkan Jakarta, Bandung hingga Yogyakarta. Rencana untuk menghubungkan antara Bandung hingga Yogyakarta, di cetuskan setelah SS sukses menghubungkan Jakarta dengan Bandung pada tahun 1884.  Selain itu, di stasiun Banjar ini juga terdapat sebuah percabangan jalur kereta menuju ke arah selatan. Jalur tersebut menghubungkan daerah di tenggara Jawa Barat, seperti Banjarsari, Kalipucang, Pangandaran, hingga Cijulang. Sayang sekali, jalur sepanjang kurang lebih 82 kilometer tersebut telah di non  aktifkan sekitar tahun 1882. Letak percabangannya berada di sebelah barat stasiun, tepatnya berada di area rumah sinyal sebelah barat.
Untuk fasilitas di stasiun Banjar sendiri tergolong lengkap. Disini terdapat sebuah turn table ( meja putar ) yang berfungsi untuk memutar arah lokomotif. Water Toren ( tandon air ) untuk mengisi air pada lokomotif uap jaman dulu dan untuk menyuplai air di area stasiun, dan ada juga sub dipo untuk perawatan lokomotif yang akan bertugas. Stasiun Banjar ini juga memiliki sebuah menara sinyal atau rumah sinyal yang berfungsi sebagai menara pengontrol jalur untuk memastikan jalur yang akan di lewati kereta api sudah benar, melihat stasiun Banjar dulunya memiliki cukup banyak jalur kereta dan juga memiliki percabangan.

STASIUN DAYEUHKOLOT di kabupaten Bandung riwayatmu kini

Hallo teman-teman semua, kali ini saya akan sedikit membahas mengenai bekas stasiun kereta api Dayeuhkolot. Stasiun Dayeuhkolot ( DYK) ini b...