Bekas Jalur Tram Karawang - Rengasdengklok kini


        Jalur kereta api Karawang - Rengasdengklok merupakan jalur tram yang termasuk dalam rangkain jalur tram Karawang. Jalur yang dulunya di miliki oleh perusahan kereta api Hindia-Belanda staatsspoorweg en Tramwegen ini, kini semua asetnya di miliki PT.Kereta Api Indonesia. Segmen Karawang - Rengasdengklok di resmikan pada 15 Juni 1919. Jalur dengan lebar sepur 600mm atau biasa di sebut Narrow Gauge ( sepur sempit ) menggunakan lokomotif uap seri TD10 dan TC10. Dulunya jalur tram ini menjadi salah satu alat transportasi andalan masyarakat karawang untuk mengangkut hasil panen dan juga untuk bepergian antar daerah yang di lewati tram. Karena, pada jaman dulu angkutan jalan raya belum seperti sekarang. Akses jalannyapun cenderung tidak baik, berupa batu kali yang di susun, jalan tanah, atau dari batuan cadas.
           Kini jalur tram Karawang - Rengasdengklok ini keadaannya memprihatinkan. Setelah jalur ini di tutup di era 80'an karena masalah kerugian dan kalah saing dengan angkutan jalan raya, akhirnya jalur ini resmi di non aktifkan. Semua rel di bongkar untuk di bawa ke TMII sebagai jalur kereta wisata. Hingga kini bebebrapa sisa jalur ini masih bisa kita jumpai walau tidak banyak. Seperti jembatan dan bekas stasiun . Adanya plang milik PT.KAI juga menghiasi di sepanjang bekas jalur ini yang menandakan bahwa dulunya di tanah tersebut ada jalur kereta api.
           Untuk jalurnya sendiri di mulai dari stasiun Karawang tram yang berada di depan stasiun Karawang. Lalu, jalurnya memotong jalur kereta lintas Jakarta - Cikampek dan beriringan dengan jalur tersebut. Kini sisa jalur tram itu berubah menjadi jalan raya Oto Iskandar Dinata. Jalur berbelok ke sebelah kiri menuju pasar Johar. Disinilah letak halte Cinangoh, yang berada tepat di samping bekas pelintasan sekitar pasar johar. Jalur berlanjut terus ke arah utara menuju arah Lamaran dan berdampingan dengan jalan raya Syech Quro. Halte lamaran tepat berada sebelum Flyover, sekarang sudah menjadi bengkel. Di sekitar halte lamaran juga menjadi tempat berpisahnya jalur antara ke Rengasdengklok dan ke Wadas. Jalur untuk ke Rengasdengklok berada di sebelah kiri lurus menuju ke arah Tegal Sawah, dan disini juga terdapat halte. Setelah melewati halte Tegal Sawah, jalur tram berbelok ke kiri menuju ke halte Rawa Gede. Bekas haltenya berada di jalan Manunggal V, dan sekarang berubah menjadi kios. Tepat di belakang kios terdapat bekas jembatan, menurut warga nama jembatannya Walungan. Jalurnya terus lurus ke arah Barat menuju halte Kobak Karim. Bekas halte Kobak Karim pun sudah tidak ada. Di sekitar sini tetdapat sebuah jembatan dengan kontruksi baja dinding penuh. Warga menyebutnya jembatan Bodas, karena memang cat nya yang selalu putih. Setelah melewati jembatan jalur terus lurus ke arah Barat menuju halte Pataruman. Lagi - lagi bekas haltenya sudah tidak ada. Jalur berbelok ke kanan tepat berada di sebelah kanan jalan raya Rengasdengklok meuju halte Babakan Jati. Halte ini pun sama, sudah di bongkar dan tidak berbekas. Jalur berlanjut ke arah utara menuju Rengasdengklok yang merupakan stasiun terminus atau pemberhentian terakhir. Bekas stasiunnya sudah di bongkar dan di jadikan pasar Rengasdengklok.

Gambar1. Jembatan Bodas

Gambar2. Jembatan Rawa Leutik

Gambar3. Jembatan Walungan

No comments:

Post a Comment

STASIUN DAYEUHKOLOT di kabupaten Bandung riwayatmu kini

Hallo teman-teman semua, kali ini saya akan sedikit membahas mengenai bekas stasiun kereta api Dayeuhkolot. Stasiun Dayeuhkolot ( DYK) ini b...